Sabtu dua minggu yang lalu, saya akhirnya nonton film Exhuma setelah beberapa kali nggak jadi. Ceritanya setelah selesai servis sepeda motor, saya memutuskan untuk sekalian pergi ke bioskop biar nggak nanggung sudah keluar rumah. Beli tiket on the spot dan di hari itu ada bonus untuk setiap pembelian tiketnya.
Kenapa tiba-tiba pingin nonton Exhuma? Karena pingin lihat akting Lee Dohyun dan Kim Goeun, hehehe. Saya sudah jarang banget nonton drakor, jadi jalan ninja untuk nonton akting aktor atau aktris yang saya penasaran dengannya adalah nonton film. Durasi film kan lebih pendek tuh dari drakor.
Terus gimana akting Lee Dohyun dan Kim Goeun? Bagus ya mereka, KEREN BANGET KIM GOEUN!! Saya sampai merinding lho nonton dia di adegan ritual pembongkaran makam. Merinding bukan hanya karena akting Kim Goeun, tapi juga merinding membayangkan bagaimana behind the scene-nya. Kan itu mereka beneran di alam terbuka yang banyak pepohonannya kan. Sebagai orang Asia, tentu saja melihat ritual seperti itu, walaupun hanya akting, memunculkan kengerian tersendiri, wkwk.
Lee Dohyun ini kalau dilihat-lihat wajahnya mirip Mingyu Seventeen. Badannya juga sama-sama tinggi dan bagus. Salah satu adegan di Exhuma memperlihatkan dia sedang nge-gym, WKWKWKWKWKWK. Seisi bioskop yang kebanyakan perempuan langsung giggling sendiri-sendiri. Termasuk hamba, hehe.
Oh iya postingan ini berisi spoiler ya, jadi silakan skip ke bawah sampai muncul emot rubah-harimau-rubah kalau nggak suka spoiler.
Back to Lee Dohyun. Saya nggak ada ekspektasi apa-apa ke film ini. Nggak cari tahu tentang jalan ceritanya juga seperti apa. Begitu tahu ada adegan tokoh yang diperankan Lee Dohyun diserang siluman Jenderal Jepang setinggi dua meter, saya dalam hati kayak...LHAH MASAK LO MATI HYUN??? 😭😭😭
Jadi, Exhuma (2024) ini diawali dengan cerita dua orang dukun bernama Hwarim (Kim Goeun) dan Bonggil (Lee Dohyun) yang membantu satu keluarga kaya raya Korean-American yang anak bayinya nangis terus. Menurut para dokter, bayi laki-laki tersebut tidak terganggu secara medis. Ternyata yang mengganggu bayi itu adalah arwah kakek ayahnya. Keluarga ini punya riwayat bahwa tiap anak laki-laki yang lahir pasti mendapat bisikan ghaib. Ayah si bayi ingin memutus kutukan tersebut.
Film ini disetel gas pol dari awal. Nggak banyak bertele-tele dalam memunculkan arwah si kakek buyut pengganggu bayi. Saya sampai beberapa kali menutup sebagian pandangan ketika bau-bau arwahnya mau muncul. Nggak serem sih penampilannya, tapi suasananya dibuat angker dan surem gitu lho warnanya.
Adegan yang membuat saya pingin banget colek-colek mba-mba di sebelah yang juga nonton sendirian adalah ketika ayah si bayi mendapat telepon dari Kim Sangdeok (ahli feng shui, rekan Hwarim). Di saat yang bersamaan, kamar hotel tempatnya menerima telepon juga digedor-gedor oleh sosok yang menyebut dirinya Kim Sangdeok. Lama-lama saya curiga, jangan-jangan yang telepon itu yang palsu...
Singkat cerita, permasalahan kutukan arwah kakek buyut ini selesai dengan cara yang menyenangkan untuk si bayi. "Wah nggak mungkin sampai di sini aja nih filmnya. Terlalu singkat," batin saya waktu itu. Bener aja. Filmnya jadi shifting dari masalah keluarga dan melawan arwah menjadi masalah nasionalisme dan melawan siluman.
Makam kakek buyut bayi yang selamat itu ternyata makam ganda. Di bawah peti matinya ada peti mati super besar yang dipendam secara vertikal. Ganjil banget pokoknya di situ tuh. Dari mulai banyak rubah, makamnya tak bernama, tanahnya sampai dimuntahin sama Kim Sangdeok, sampai ada ular kepala jenglot. 😭😭😭
Exhuma ini menggambarkan nasionalisme Korea Selatan yang anti penjajahan Jepang. Peti mati super besar yang ditanam vertikal itu berisi siluman Jenderal Jepang. Saya nggak bisa menceritakan resensi filmnya dari sudut pandang sejarah, jadi utas dari Neo Historia Indonesia ini sangat membantu. Silakan dibaca bagi yang ingin membaca.
Intinya, untuk sementara ini Exhuma masih menjadi satu-satunya film horor yang membuat saya bahagia setelah selesai nonton. Malam harinya pun saya nggak terbayang-bayang sosok demitnya seperti apa karena ya nggak menyeramkan. Jumpscare-nya dikit banget, bener-bener seperlunya. Penempatan adegan yang membuat tertawa pas sekali, dan cursing Bonggil waktu dia tindihan itu mantep banget dengernya, hahaha.
🦊🐯🦊
Mundur ke bulan Februari. Setelah nonton dorama Familiar Wife, saya disarankan oleh my best senpai none other than Kak Eya, wkwkwkwk, untuk nonton dorama Saiai (2021) karena aktor yang bernama Matsushita Kouhei menjadi pemeran utama. Di Familiar Wife, (((mas))) Kouhei *akrab* menjadi second lead.
Sebenarnya, Kak Eya sudah menyarankan dorama ini dari jauh-jauh hari sebelum saya nonton Familiar Wife. Tapi karena nggak ada trigger yang ngena, jadinya ditunda-tunda terus. Begitu kena mas Kouhei, langsung tancap gas nonton dengan semangat. 😂😂😂 *dijitak Kak Eya*
SAIAI BAGUS BANGET! Ending-nya membuat saya denial tapi besoknya langsung acceptance. 😆
Jadi ceritanya ada seorang perempuan muda bernama Asamiya Rio yang lari-lari demi nonton laki-laki yang dia sukai sedang mengikuti lomba lari. Laki-laki itu bernama Miyazaki Daiki alias Dai-chan. Cinta Rio ini nggak bertepuk sebelah tangan karena Dai-chan juga menyukainya. Tapiii dorama ini bukan bergenre romcom melainkan crime fiction.
Kehidupan Rio di pedesaan awalnya damai-damai saja. Sampai ada satu cowok gak guna yang membuat keruh kehidupan keluarga dan orang-orang yang dia cintai. Cowok gak bener ini bernama Watanabe Kosuke. Dia ingin melecehkan Rio tapi ended up metong. Nah, penyelidikan terhadap kematiannya ini yang membawa suspense di dorama Saiai.
Tiap episodenya membuat saya penasaran bagaimana kelanjutannya. Soalnya dari episode satu saja itu sudah diperlihatkan Rio menyibak cantik poninya dengan tangan berlumur darah. "Apakah dia pelaku pembunuhan?" begitu pikir saya waktu itu.
Saya suka banget dengan dorama ini karena alur ceritanya jelas, tidak membingungkan, mengandung beberapa plot twist, dan intensnya dibuat terus-terusan.
Back to kehidupan Asamiya Rio. Ini saya agak lupa-lupa ingat, kalau nggak salah Rio pindah ke Tokyo untuk kuliah farmasi setelah ayahnya meninggal. Dia bertekad untuk bisa membuat obat guna menyembuhkan adiknya yang sering lupa ingatan. Beruntungnya, ternyata Rio ini anak seorang kaya-raya. Ibunya seorang CEO di perusahaan Sanada Holdings.
Jadi orangtua Rio bercerai. Rio ikut ayahnya pindah ke pedesaan. Di pedesaan ayahnya menikah lagi dan memiliki anak laki-laki bernama Asamiya Yuu. Jarak usia Rio dan Yuu ini terbilang jauh. Belasan tahun kayaknya. Cmiiw. Setelah ayahnya meninggal dan Rio ke Tokyo, Yuu diasuh oleh kerabat ayahnya.
Rio menjadi CEO Sanada Wellness di usia 30 tahun. Hal tersebut menarik perhatian media terhadap dirinya. Nah, Rio ini kind of terseret kasus kematian Watanabe Akira (ayah dari cowok gajelas bernama Kosuke tadi). Makin rame deh tuh media mendatangi kantornya Rio. Teruuus kasus ini ditangani oleh seorang detektif yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dai-chan. :)))
Setelah nonton dorama ini, saya jadi tahu kenapa judulnya diberi nama Saiai alias Dearest. Karena ya ceritanya itu berisi tentang orang-orang yang ingin melindungi kesayangan mereka. 😩
Sumpah ya kompleks banget pokoknya cerita Saiai tuh. Kalau nggak nonton sendiri kayaknya nggak akan bisa merasakan kekompleksan itu. Saya mau spoiler awalnya, cuman kok yaaa sayang banget. Cukup lah segala macam unek-unek, denial, dan acceptance itu saya tumpahkan di DM dengan Kak Eya, hahahahaha. Satu hal yang nggak ingin saya simpen sendiri berdua dengan Kak Eya adalah: MAS KOUHEI DI SINI KAKKOII SEKALIII. 😍😍😍
🌸🌸🌸
Berhubung tanggal 29 Maret nanti film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film (2023) tayang di Netflix, saya mau bahas film ini sedikit di sini sekalian. Nanggung kalau dibahas di blog satunya soalnya nggak bakal terlalu panjang juga bahasnya.
Cerita di film ini dibuka dengan Bagus (diperankan oleh Agus Ringgo) yang datang ke produser film untuk mengajukan skripnya agar dibuat menjadi sinema. Sampai di sini tampilannya masih berwarna. Begitu Bagus masuk ke dalam cerita, warna filmnya menjadi hitam putih. Kocak deh dialog Bagus dengan produsernya itu. Secara umum, film ini unsur komedinya pas sih penempatannya. Tonton sampai adegan Bagus lari-lari mengejar mobil Hana (diperankan oleh Nirina Zubir). 😂😭😭
Hana ini siapa? Hana ini perempuan yang disukai oleh Bagus. Hana baru saja kehilangan suaminya (nyes banget waktu nonton adegan metafora Hana berbaring di atas jenazah suaminya sambil pandangan matanya kosong😭), dan Bagus berusaha untuk meyakinkan Hana bahwa di usia mereka yang kepala empat itu mereka masih bisa jatuh cinta seperti di film-film. Hana skeptis karena menurutnya udah nggak bisa seperti itu. Di usia mereka, cinta itu udah beda.
Udah ya sampai sini aja ceritanya, karena the less you know the better. Pokoknya tonton saja film ini sampai habis. My reaction after watch this movie: 🤯👏👏👏.
💕💕💕
Postingan hari ini cukup sekian. Have a nice weekend!
*
AAA aku hampir aja nonton Exhuma. tapi begitu lihat trailernya yang terlihat lumayan horor, aku langsung kicep, Kak wkwk. Penasaran banget sih sama ceritanya karena banyak banget yang bilang bagus 😂. Aku nunggu Exhuma masuk streaming app deh, semoga soon!!
ReplyDeleteJatuh Cinta Seperti di Film-film juga udah masuk ke watchlist aku!! Kak Endah udah nonton Budi Pekerti belum? Ini bagus juga dan udah masuk netflix hihihi.
Hahahaha kalau mau nonton di bioskop dan masih ada, gas aja Liii. Ini aku penakut tapi berani dan nggak terngiang-ngiang malemnya. Malah bahagia. Agak lama kayaknya masuk streaming app soalnya masih tayang juga, but yesss hopefully setelah turun layar bisa segera masuk deh biar bisa dinikmati lebih banyak orang juga yang nggak berani nonton di layar lebar. <3
DeleteGimana Li udah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-film? Oh iyaaa Budi Pekertiii, kata temenku juga bagus. Aku belum nonton. >.<
Aku udah nonton juga Exhuma wkwkkw berbekal cuma tau kalo ini film horor, diajakin dan diiming-imingi kalo ga ada setan yang serem banget akhirnya oke deh nonton wkwkkwkwk emang sih ga ada setan yang diliatin sangat serem sampe kebawa mimpi, tapi sepanjang film tuh creepy abiiiisss 😭
ReplyDeleteGimana caranya yaa biar semua orang nonton Saiai, udahada di netflix sih tapi yaa gitu ga pernah dibahas sama miminnya jugaa 😔 mana kalo bener rumor diremake itu bisa jadi yang aslinya jadi kurang terkenal nanti 😔😔
Yang part pertama yang masih melawan arwah manusia itu emang creepy sih Kak, terus yang lawan siluman tuh ganti jadi gore. Astagaaa untung nggak bikin eneg.
DeleteSalah satu cara yang bisa kita lakukan adalah nulis postingan di blog kayak gini. Kak Eya udah dan aku juga udah, sisanya kita serahkan pada Yang Mahakuasa. xD Kurang populer sih emang dorama tuh di sini, jadi yaaa... :(
Sepertinya w akan nonton Exhuma tida di bioskop hehehe. Jatuh Cinta Seperti di Film-film memang terbaek👍🏻👍🏻👍🏻
ReplyDeleteUpdate: kemarin nonton Exhuma di bioskop hehe hehe. Yang bikin w ter-😮😮😮🤯🤯 itu pas ditunjukkin tempat pasaknya dimana🤯🤯🤯
DeleteBagus ya ceritanya. Putus asanya tuh dapet banget waktu mereka nyari pasak dan nggak ketemu huhuhuhu. Bersyukur banget ending-nya dibuat kayak gitu, kalau enggak ya berantem aja sama penulis ceritanya. /g/
Deleteyang nonton sampei nangis
Delete