Beberapa waktu yang lalu, saya nonton sebuah video yang menampilkan Mingyu, Seungkwan, dan Vernon bermain games bersama Netflix Korea. Menjelang akhir video, masing-masing dari mereka memberikan rekomendasi tontonan yang bisa ditonton di Netflix. Saya lupa dengan rekomendasi Mingyu dan Seungkwan, yang saya ingat hanya rekomendasi dari Vernon. Hehe bias banget lol. Vernon merekomendasikan sebuah film dokumenter berjudul The Social Dilemma. Kata dia filmnya bagus banget.
Apa yang saya lakukan ketika bias memberikan rekomendasi sebuah film? Ya langsung nonton dong. π Jadi film The Social Dilemma ini rilis tahun 2020. Genrenya ternyata bukan full dokumenter tapi docudrama. Selain ada wawancara ala film dokumenter, juga ada drama sebagai selingan untuk makin memperjelas pesan seperti apa yang ingin disampaikan.
The Social Dilemma menampilkan beberapa tokoh-tokoh yang pernah bekerja sebagai tech designer di Google, Facebook, Twitter, Instagram, dll. Mereka ini sudah tidak bekerja lagi di perusahaan-perusahaan tersebut. Ketika diwawancara, mereka mengungkapkan bahwa pekerjaan mereka adalah untuk menarik perhatian pengguna media sosial untuk tetap menatap layar mereka.
Salah seorang dari tech designers ini bilang begini, “If you're not paying for the product, then you are the product”. We are the product. They grab our attention, they manipulate us to keep scrolling on our screen. The more we give them attention, the more they got money. We become addictive to social media because we are their product.
At first, developer wanted to make things be easier to people but it develops into manipulating tools that always need our attention. This will lead to mental health issue (especially on teenagers), polarization in politics, and worse...civil war. Sampai sini udah ngerasa ngeri dan dimanfaatkan belum? Wkwk.
Sepanjang nonton film ini, saya tentu saja langsung flashback ke kegiatan saya di media sosial. Memikirkan apa saja yang telah saya perbuat di sana. Kemudian termenung karena udah nggak bisa ditarik kembali. Bertanya-tanya ke filmnya, what should I do then? Untungnya, di akhir film mereka memberikan solusi. Solusi-solusi tersebut di antaranya:
- Turn off your notifications.
- Use Qwartz instead of Google because Qwartz does not save the history of what you've searched.
- Go out to the nature, the nature is beautiful.
- Follow people who have different opinion with you to avoid polarization.
- Do not give screen time to young kids.
- Only allow kids to have social media when they are above 16 years old.
- Do not click on the YouTube recommendation, search videos by yourself.
- Research before sharing something, make sure it is not a hoax.
- Uninstall the unnecessary applications.
- Artificial Intelligent (AI) is not the solution, the solution is giving rules to the business model of tech industry.
Poin AI tuh dari beberapa waktu lalu udah bikin saya geleng-geleng kepala. Ya saya sadar sih AI ini hanyalah tools yang sifatnya netral. Bisa berdampak positif maupun negatif tergantung ke manusianya bakal menggunakan AI ini untuk apa. Hanya saja sampai saat ini, informasi dan bayangan yang saya tangkap dari penggunaan AI ini cenderung ke arah yang negatif hehe. Contohnya ada di buku Everything is F*cked-nya Mark Manson dan film The Mitchells vs the Machines-nya Sony Pictures Animation.
"AI ini bisa digunakan untuk efisiensi anggaran dalam suatu pekerjaan lho. Misal nih, kita udah nggak perlu lagi menggunakan manusia sebagai bintang iklan. Cukup AI dan pembuat iklan bisa hemat uang banyak."
Hhhh...sadar nggak kalau manusia di planet ini sudah banyak? Sebagian besar dari mereka butuh pekerjaan untuk menjaga dapur agar tetap ngebul. Kalau nanti semuanya digantikan dengan AI, terus tingkat pengangguran makin tinggi gimana? Jika dulu setelah revolusi industri, manusia digantikan mesin...maka di era digital seperti sekarang, manusia mau digantikan lagi dengan mesin yang lebih canggih wkwk. Jadi ya bener juga kalau AI ini bukan solusi.
Begitulah overthinking hamba tentang AI hahaha. Ada yang punya pendapat lain tentang AI? Share your opinion. If you haven't watched The Social Dilemma, go watch it.
Thanks for reading and I'll see you on my next post. Bye and have a good day!
*
*langsung ikut melirik berapa banyak waktu yang aku habiskan di medsos* *lalu menangis di bawah shower* π€£π€£
ReplyDeleteAku ini paling sering nonton Youtube sehari-harinyaa, nggak sampai yang tergila-gila sih, paling lama 1 jam nonton YT, itu juga jarang mencapai 1 jamnyaa.Tapi memang aku udah sadar dimanfaatkan sejak lama oleh perusahaan-perusahaan besar itu cuma pada akhirnya untuk bisa stop secara penuh dari YT itu susah ya Kakk π Kalau dari medsos lain sih aku bisa, tapi kalau dari YT.. masih susah π
Aku juga sering mikir kalau semua nanti serba AI dan manusia semakin banyak tapi lapangan kerja sedikit, apakah tidak mengundang chaos di kehidupan π«. Bukannya nggak setuju sama adanya AI, tapi gimana agar AI sama manusia bisa hidup berdampingan gitu, harapanku..
Kak Endah, mau curhat π€£ habis baca tulisan Kakak, aku langsung nonton The Social Dilemma terus habis selesai nonton, aku jadi nggak nafsu lihat hp ππ
DeleteTerus langsung kepikiran kayaknya lebih asik pakai hp jadul aja deh(?)
Yang bikin ngeri itu dibalik ini semua bisa mengarah ke krisis eksistensi, perang saudara dll. Serem karena nggak kepikiran sampai ke sana sebelum nonton ini π
Sama Liii aku juga susah kalau mau lepas dari YouTube soalnya banyak hal menarik dan bermanfaat di sana hehehehe. Paling enggak kita ngindarin rekomendasinya aja kalau di YouTube. Bener...aku bisa semingguan nggak main sosmed, tapi kalau YouTube masih belum bisaπ€ pengganti televisi juga soalnya. /plak/
DeleteNah kaaan iya aku juga kuatirnya AI bakal mengambil alih kerjaan manusia huhuhuhu, semoga nanti pengembang dan pemakai AI bisa bijaksana sih. Nggak cuma mentingin kepentingan sendiri tapi juga mikirin gimana manusia ini bisa survive. π₯Ίπ₯Ίπ₯Ί
HAHAHAHAHAHAHAH SAMA LIII aku dulu habis nonton juga nggak nafsu pegang hpπππ kayak pingin diet sosmed juga dan mengevaluasi aplikasi-aplikasi yang ada di hpπππ
Betul aku juga sebelum nonton film ini pernah baca artikel tentang polarisasi politik, terus kayak...hah bisa gitu ya? Terus habis nonton film ini jadi makin paham gitu, ternyata efek negatifnya bisa separah itu. π Kadang kangen juga sih pakai hp jadul, biar bisa main di alam lebih sering, bisa ngobrol dengan orang irl lebih sering juga, terutama keluarga❤
Semenjak baca postingan Kak Endah dan nonton TSD, aku udah nggak berani klik rekomendasi dari Youtube π Sekalinya klik, habis nonton aku hapus dari Watch History jadi dia tidak bisa meracuniku lagi huahahaha *evil laugh*. Setujuuu! Itu juga yang aku rasakan, jadi agak susah kalau 1 minggu nggak nonton Youtube sama sekali, kalau 1 hari masih bisa deh π
DeleteIya benerrrr, aku suka jadi ngeri sendiri kalau mikirin masa depan kalau beneran AI bisa jadi lebih maju dll, gimana nasib manusia.. ngeri sendiri bayanginnya ππ tapi semoga bisa dicegah sebelum kejadian yang di film-film beneran terjadi.
HUAHAHAHA aku banget juga gitu!! Sungguh efek sebuah tontonan begitu berpengaruh ya π€£. Semoga habis ini kita bisa lebih bijaksana terhadap kehidupan online kita πͺ
Hahahahahaha effort banget nggak sih nggak ngeklik rekomendasi youtubeπ tempting banget tapi kita nggak boleh kalahπ algortimanya ngeselin, habis nonton apaan gitu satu video, eh habis itu rekomendasinya itu-itu mulu hadeh bikin terpolarisasi. Eaaak.
DeleteIya Li bener semoga bayangan-banyangan buruk kita tentang AI nggak terjadi. Udah capek bayangin ajaπ
Wkwkwkwkwkwk yesss kalau bukan kita yang mengendalikan diri sendiri dan jadi bijak, siapa lagi kan ya. Pokoknya kuat-kuatan aja kita nggak terlalu tenggelam dalam dunia online yang memang menyenangkan ini~~
Tau nggak sih, Ndaaah. Waktu aku lagi nonton ini, Namjoon BTS ngupdate kalau dia juga abis nonton ini dan direkomendasikan juga sama doi. Mendadak merasa sehati sama bias BAHAHAHA
ReplyDeleteAku juga agak ngerasa horor sih setelah nonton ini. Udah paham gelapnya dunia sosmed kayak apa, tapi begitu dibahas sama mantan pekerja profesional yang bekerja di balik sosial media, makin dibuka lebar lah mata ini. Ternyata memang dirancang segitunya ya π
Dan aku SETUJU banget sosmed anak itu di saat mereka udah cukup usia yang ditentukan *bold italic underlined*
WKWKWKWKWK ciyee yang telepatinya kuatπ waduh Ci Jane, kalau ada momen kayak gitu tuh kadang aku ngerasa udah sehati dan jodoh banget sama bias, padahal aslinya ya halu ajaπππ
DeleteBetul sekali, semuanya demi uang seiring berkembangnya teknologi. Ini tinggal pinter-pinternya kita buat ngasih batas dan mengontrol diri, sama anak-anak kecil di sekitar kita.
Yup yup yup, bahaya kalau anak kecil udah mainan sosmed. Mereka masih clueless tentang isinya sosmed kayak apa kan. Kasian kalau misal jadi korban bully atau kecanduan. Mending dikasihnya sesuai batas usia aturan sosmednya aja atau kalau nggak gitu pas mereka udah cukup matang pikirannya dan bisa lumayan diajak mikir tentang sebab akibat.
Kenapa tulisan ini ngajak aku mikir pagi2 begini.. wkwk π π π
ReplyDeleteBaca ini bkin aku mikir. Akhir2 ini ya hidupku juga selalu bergantung sama Ai ini. Di rumah aku pake google Home.. malah aku masang smpe 3 biji. Di Kamar, di ruang TV, di kamar depan.. nyicilin printilan barang2 biar bisa dikontrol via suara kaya lampu, remote universal, dll...
Kalau dirumah aku sering banget bilang "hey google2" bahaha π . Bahkan bangun tidur aja dibangunin Google.. reminder di googlein.
Parahnya lagi aku sering iseng nyeletuk "Hey Google, I'm tired today!!" Atau "I'm Sad..!" Padahal buat apa coba aku nanyain begituan ke mereka.. haha π€£. Tapi mereka selalu ngasih recomendationnya kaya nonton youtube atau setel music..
Hhmmmmm jadi kesannya mager gitu..
Wkwkwkwk waduh mas Bay minum kopi atau teh dulu sebelum mikir lebih lanjutπ
DeleteOh wow aku baru tahu ada yang kayak gitu yang bisa dikontrol sama suara, kirain cuma sensor panas tubuh aja, maklum anaknya kudet soal teknologiπ
Eh mas Bay aku kemarin malem barusan nonton film Wall-E, jadi inget sama kegiatan mager ini. Manusia-manusia di film itu digambarin udah nggak ngelakuin apa-apa lagi selain cuma duduk dan memanfaatkan pelayanan robot-robot di sekitar mereka. Setting waktunya dibuat 800 tahun yang akan datang. Agak ngeri sih, terus jadi keinget juga selama ini aku juga kurang gerakπ padahal tubuh manusia kan dirancang buat bergerak ya hehehehehehehe. Mungkin kita harus menyeimbangkan antara keenakan-dengan-teknologi dengan menjadi aktif bergerak biar tubuh tetep sehat juga.
Bner juga ya. "We Are The Product."
ReplyDeletePemandangan akhir-akhir ini juga sudah tak biasa. Orang2 keep busy with their phone. Lagi makan yg dilihat Hape, lagi kumpul yg dipegang hape. Pada sibuk sendiri. Agak miris ya.
Kalau saya sama sosmed bisa dibilang kudet Mba. Saya nggk punya Ig, twitter, fb, dll. Paling ya akun blogger ini doang sama wa.. hehe. Entah kenapa nggk tertarik aja. Tapi kaya gitu bikin saya agak tertinggal sama hal2 yg sedang happening. Jadi semisal lagi terjebak dalam suatu percakapan seringnya linglung sendiri. Haha. Entah ini termasuk hal yg baik atau buruk ya. Beberapa orang juga nganggap saya apatis. Padahal konteks apatis menurut saya nggak seperti itu.. haha
Btw, selamat hari Selasa.
Iya mas Toni, kadang kalau pas lagi kumpul dan kita sendirian nggak pegang hp tuh jadinya bengong lihatin orang wkwkwkw. Tapi gapapa sih lebih suka gitu, ngamatin orangπ tapi kadang aku yang jadi pihak lihatin hp kalau partnernya nggak cocok /plak/ lain kali bawa buku aja kali yaπ
DeleteWidiiiihhh keren mas Toniπππππ biasanya yang kudet ini yang hidupnya tenang soalnya nggak terpapar keributan dunia maya. Dan ya aku setuju sama mas Toni, bukan apatis sih, emang nggak minat aja.
Yohooo selamat hari Selasa jugaπΈ
Dan aku langsung mikirin berapa jam yg aku habisin untuk medsos, apalagi sejak resign π€£π€£π€£π€£.
ReplyDeleteSebenernya udah tahu sih bahayanya ini, tapi mungkin akunya aja yg masih Deny kalo semua itu ga akan bikin aku mager, ansos dll. Tapi ga jarang toh ada masa2 di mana aku lebih tenggelam Ama medsos drpd merhatiin para krucils. Mentang2 ada babysitter nya juga, sering aku kasih dulu ke pengasuhnya, sementara akunya lagi2 medsos an :( .
Parah memang
Aku berusaha skr supaya ada waktunya utk detox medsos, dulu sempet bisa mba. Sebulan ga medsos, tapi kok ya udh ga prnh lagi π€£π€£. Coba Yaa ntr langkah2 di atas aku bakal lakuin deh.
Hahaha gapapa mba Fanny, emang godaan medsos tuh kuat banget. Kita juga naik turun menghadapinya kan wkwk, kalau kendor dikencengin lagi. Yang penting nggak sampai kecanduan karena bahaya banget huhu bisa keteteran urusan lainnya soalnya scrolling tuh nggak kerasa kan, berasa sebentar eh tau-tau udah sejam :(
DeleteKak Endaaah maaf ya tiba-tiba nanti banyak notif email dariku wkwkwk..
ReplyDeleteBtw aku juga udah nonton ini, aku jadi inget sama series netflix Black mirror yg hampir mirip topiknya ngomongin soal Teknologi yg bisa membawa dampak dan efek negatif bagi pengguna. Jujur ada satu momen aku sampe parno dengan webcam yg ada di laptop π , ini gara2 abis nonton film Snowden kalo Kak Endah lagi suka sama film2 kayak TSD bisa coba nonton snowden wkwkk agak ngeri sih bikin takut main medsos terlalu lama.
Gapapa mba Reka, aku malah seneng blogku rameππππ wih aku belum nonton tuh yang Black Mirror sama Snowden, masukin daftar tonton dulu, thanks mba Reka infonyaπ€©
Deleteaku sadar diri sekarang, ehh kadang hahaha
ReplyDeletejadi misalkan nih, aku dalam sehari udah sekian jam sosmedan dan kerjaan yang lain malah keteteran, besoknya aku berusaha ngurangi jam buat sosmedan
kadang juga masih tetep sih malah lebih banyak sosmedannya hahaha
pernah nih, misalkan ga terasa hampir 2 jam aku sosmedan, gilakk banget kan, terus ngomong sama dri sendir "ya ampunn aku belum ngerjain ini itu, niat niat niat". maksud hati niat buat ga bertahan selama itu :D
kalau untuk ngeblog aku bisa luama banget dan betah di depan laptop
Wkwkwkwkwk godaan sosmed emang gede mba Ainun. Harus terus berjuang setiap hari melawannya. xD Samaaa, aku kalau ngeblog juga betah. :D
Delete