I write as best as I can to not spill too much spoilers. Saya tulis garis besar ceritanya saja, tapi bagi yang pingin langsung baca review filmnya silakan gulir ke bawah untuk membaca paragraf-paragraf setelah tanda merah.
Di suatu pagi menjelang siang, seorang pemuda bernama Oh Joonwoo (Yoo Ah In) baru saja bangun tidur. Dia tinggal di sebuah apartemen padat penghuni di kota Seoul. Joonwoo ini orangnya gemar main online games, barang-barang elektronik miliknya semua model baru, tapi dia kurang bisa mengurus kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Nggak lama setelah dia bangun, ada kerusuhan yang disiarkan di televisi. Pesan yang masuk ke ponselnya pun menyatakan bahwa wilayah tempat tinggalnya dalam keadaan gawat darurat. Tiba-tiba sebagian manusia berperilaku agresif dengan menyerang dan menggigit manusia lainnya.
Manusia-manusia agresif ini sudah berubah menjadi zombi. Entah apa penyebab dari perubahan ini dan entah siapa yang bertanggung jawab atas zombi-zombi tersebut. Seluruh kota menjadi kacau balau dan warga yang belum diserang diimbau untuk tetap berada di dalam rumah.
Joonwoo terjebak di dalam apartemennya selama hampir satu bulan. Selama itu dia bertahan dengan persediaan makanan yang tersisa, dia menyesal kenapa tidak mengikuti saran ibunya untuk berbelanja.
Air, listrik, dan sinyal ponsel perlahan-lahan habis dan hilang. Di tengah usahanya bertahan hidup, tentu saja Joonwoo frustrasi sampai berhalusinasi berkumpul dengan keluarganya lagi. Dia sempat ingin mengakhiri hidupnya.
Beruntung ada seorang tetangga apartemen gedung sebelah yang secara nggak langsung menggagalkan usaha bunuh dirinya itu. Tetangga lintas gedung ini bernama Kim Yoobin (Park Shin Hye). Sama seperti Joonwoo, Yoobin juga terjebak di dalam apartemennya sendirian.
Mereka berdua terlihat seolah hanya dua-duanya orang yang masih berwujud manusia alias belum menjadi zombi di wilayah tersebut. Yoobin memutuskan untuk pindah ke apartemen Joonwoo.
Keputusan Yoobin ini dia ambil setelah mengamati kalau lantai atas unit apartemen Joonwoo kosong dan banyak tersedia bahan makanan. Namun tentu saja nggak semudah membalikkan telapak tangan karena zombi-zombi pemangsa manusia bisa lari dengan cepat, sangat agresif, dan pendengarannya super peka.
Iya gengs zombinya bisa lari cepat, bisa lompat, bisa manjat tali, dan bisa manggil teman-temannya. Cara berubahnya juga ngeri kayak sendinya patah-patah gitu. Kulitnya jadi sedikit menghitam, matanya merah tapi kemudian menjadi putih butek.
Tbh walaupun kelakuan zombinya seperti itu, nggak banyak jumpscare. Aman lah untuk kesehatan jantung.
--- BATAS SINOPSIS ---
Durasi filmnya 1 jam 38 menit. Alurnya dibuat cepat jadi kadang-kadang ada adegan yang dipotong tiba-tiba ke adegan berikutnya tanpa penjelasan lebih lanjut...kayak yang "oh yaudah berarti dia berhasil manjat" gitu contohnya. Bikin bertanya-tanya pingin tau caranya gimana, tapi nggak merusak jalinan cerita.
Ngomong-ngomong soal bertanya-tanya, satu adegan di mana Yoobin nyerahin pistol ke Joonwoo untuk nembak dia, agak mengganggu. Kenapa Yoobin kayak gitu? Apa dia merasa berdosa habis nembak zombi apa gimana? Buat yang udah nonton, ada pendapat nggak soal hal ini?
Anyway untuk ketegangannya nggak tegang-tegang amat. Malah masih lebih mencekam nonton Train to Busan atau Exit. Film ini mirip Exit, sama-sama kejebak di dalam gedung, bedanya Exit bukan film tentang zombi tapi tentang gas beracun. Kalau disuruh milih seruan mana, ya masih lebih seru Exit. #Alive ini kalau saya kasih rating secara keseluruhan dalam artian saya enjoy apa nggak nontonnya, yaaa 7 dari 10 lah. Nggak jelek dan nggak sebagus itu juga.
Adegan yang paling bikin saya relate banget itu waktu Joonwoo pingin teriak karena udah sumpek banget kejebak di dalam rumah berhari-hari tapi nggak bisa soalnya pasti didatengin zombi kalau teriak. Ini kayak pas awal-awal #DiRumahAja dulu, bulan Maret. Gila itu level stres saya kayaknya ada di ubun-ubun banget sampai tiap hari pinginnya nangis aja. Masa-masa adaptasi yang sungguh berat tapi ternyata bisa juga dilewati.
Kalau saya lihat-lihat ya, film ini tuh semacam penggambaran keadaan dunia yang lagi pandemi seperti sekarang ini. Tentang stresnya berada di dalam rumah terus-terusan, penggunaan sosial media yang aktif untuk update keadaan diri, kembali ke alat-alat yang lebih jadul untuk bertahan hidup, dan kangen dengan keadaan sebelumnya yang bisa bebas ke mana-mana, jadi kayak we took many things for granted before this. Baru kerasa kalau udah terpaksa terkurung.
Well...dalam keadaan seburuk apa pun, yang paling penting dari itu semua adalah kita harus mengusahakan diri agar tetap hidup as best as we can. Let's stay #Alive.
*
No comments :
Post a Comment
Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.