August 5, 2014

Giant Baby Chanyeol: Law of the Jungle in Micronesia

Sebagai seorang fans (dadakan) dari Chanyeol EXO yang baru menyadari kegantengannya dua tahun setelah debut, semua acara yang diikuti Chanyeol harus saya tonton dan salah satunya adalah Law of the Jungle in Micronesia. Law of the Jungle adalah suatu reality show yang menampilkan para publik figur Korea bertahan di alam liar tanpa fasilitas modern yang biasa dipakai sehari-hari. Intinya jadi seperti manusia purba jaman dulu yang masih berburu dan mengumpulkan makanan, cuma bedanya masih pakai pakaian jaman sekarang dan enggak sampai pakai rumbai-rumbai. Ada misi yang harus mereka selesaikan, ada juga peran sebagai guardian angel (misal si A jadi guardian angel-nya si B, si B jadi guardian angel-nya si C, begitu seterusnya). Tapi masalah misi dan guardian-guardian angel ini saya enggak terlalu ngerti dan enggak terlalu peduli soalnya saya dari awal niatnya mau fokus ke Chanyeol, hehehe.

Chanyeol ganteng jadi anggota termuda dan tertinggi di Law of the Jungle in Micronesia ini. Makanya dia dapat julukan “giant baby”. Awal mau terbang ke Micronesia muka Chanyeol masih mulus, putih, dan kinyis-kinyis. Tapiiiii begitu sampai di Micronesia udah jerawatan aja itu muka! Jerawatnya nongol tiga di pipi kanan, pipi kirinya enggak jerawatan sih tapi kelihatan kasar, hidungnya juga udah mulai bintik-bintik di episode 3, TAPI TETEP GANTENG. Duh jadi pingin facial mukanya Chanyeol deh *disambit fans EXO*.

Memiliki tinggi badan di atas rata-rata *185 cm* bikin Chanyeol berguna banget kalau disuruh motong daun pisang dan daun kelapa Micronesia yang pohonnya memang tinggi-tinggi. Dia cuma loncat aja gitu sambil motong-motong pelepah daunnya, dapat segebok buat bangun rumah di tengah hutan... bukan rumah sih, tapi semacam pondok untuk tidur di malam hari (masih bagusan pondok yang dibangun di sawah-sawah Indonesia). Chanyeol sering mendapat tugas untuk mencari makanan. Si ganteng ini pandai menjaring ikan ternyata! Pernah dapat tugas membuat api... dan berhasil *agak dibantu sih, tapi tetep aja kereeen*. Pernah juga menggali ubi rambat sambil pose ganteng *sambil pose kayak lagi berjemur di pantai maksudnya* untuk makan siang... dan dapat juga! Saya spechless sama cara Chanyeol survive di alam liar, soalnya dari kacamata saya pribadi Chanyeol ini kelihatan seperti anak gaul megapolitan yang bergantung sama fasilitas modern di setiap kegiatannya dan enggak mungkin bisa ngapa-ngapain kalau dilepas ke alam liar, dan oh ternyata...

Pertanyaan yang selalu paling sering ada di pikiran saya adalah bagaimana poop di alam liar *hahaha jijay bajay ya*, dan pertanyaan saya agak sedikit terjawab di episode 3 dimana Chanyeol pagi-pagi baru bangun tidur bingung cari toilet yang emang enggak ada di tengah-tengah hutan. Dia lari ke semak-semak tapi cameraman-nya ngikutin terus di belakang akhirnya enggak jadi, hahaha iseng banget itu om-om cameraman *habis itu saya enggak tahu gimana nasib Chanyeol selanjutnya, katanya sih mau ke air aja tapi katanya di air juga ada kamera, akhirnya enggak jadi lagi* *SKIP*.
 
Dan akhirnya sodara-sodaraaaaa... saya berhasil menyaksikan Chanyeol nangis! Soalnya waktu di EXO’s Show Time yang nonton bareng film Miracle in Cell No. 7 dia enggak nangis, terus di music video K.Will yang You Don’t Know Love dia cuma akting nangis, enggak seru kan?? Chanyeol nangis soalnya Oh Jonghyuk jari telunjuknya terluka gara-gara manjat pohon kelapa sampai lukanya harus dijahit, mungkin enggak tega ya melihat hyung-nya kesakitan akhirnya si giant-baby nangis T.T *ambil tissue ngelap air mata Chanyeol a.k.a ngelap layar laptop yang ada gambar Chanyeol nangis, wtf*.

Begitu episode 5 selesai dan Chanyeol balik ke Korea, kayaknya SM langsung bawa Chanyeol ke salon kecantikan biar mukanya mulus lagi seperti sedia kala ZE:A Siwan masuk untuk menggantikan posisinya. Sama-sama ganteng tapi saya enggak minat lihat lanjutan episodenya, hehehe.


*

No comments :

Post a Comment

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top